Cari Blog Ini

Minggu, 06 Maret 2011

GURU SEBAGAI ELEMEN KUNCI DALAM MEMBENTUK PERADABAN

Oleh : Muhammad Damiri, S.Pd. *

Kedudukan dan Fungsi Guru

Memasuki abad 21 millennium baru perlu dibarengi dengan upaya penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas. Harus terbentuk peradaban baru yang lebih baik dari peradaban  sebelumnya. Sebuah peradaban yang manusia-manusianya mempunyai cirri-ciri : mereka mencintai Allah dan Allah pun cinta pada mereka, lemah-lembut terhadap sesama  mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut dengan celaan orang-orang yang suka mencela.  Sebuah kumpulan orang-orang  yang apabila disebut nama Allah maka bergetarlah hatinya, apabila dibacakan ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanannya, dan kepada Allah lah mereka bertawakal, orang-orang yang menegakkan sholat dan menginfakkan sebagian hartanya/rezekinya kepada orang yang kekurangan. Yang kemudian apabila dalam suatu negeri itu beriman dan bertakwa semuanya, maka Allah akan menumpahkan kepada mereka barokah dari langit dan dari bumi, menjadikan mereka sebuah negeri/masyarakat yang ‘BALDATUN THOYIBATUN WA ROBBUN GHOFUR’, atau dalam bahasa kitanya negeri yang ‘GEMAH RIPAH LOH JINAWI TOTO TENTREM KERTO RAHARJO’. Sungguh Suatu harapan yang harus dimiliki oleh setiap manusia di muka bumi ini. Karena tidak ada yang tak mungkin dalam kehidupan di dunia ini.
Bagaimana semua itu bisa terjadi ?  Ingat ! tidak ada kata tak mungkin dalam kehidupan di dunia ini, asalkan ingat Firman Allah bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya. Kita tidak boleh pesimis bahwa kondisi bangsa kita sekarang ini penuh dengan kekotoran-kekotoran, baik dari ‘sampah’ sampai pada pejabat yang kotor dan koruptor, yang sampai saat ini belum bisa ditangani dengan baik. Kita tidak boleh menyerah melihat pendidikan yang sedang bingung mencari bentuk. Kita juga tidak boleh pasrah dengan keadaan hukum yang belum tegak dengan adil bagi semua kalangan baik masyarakat maupun pejabat. Tapi yang harus muncul dalam diri kita adalah bahwa pembentukan manusia pada saat ini akan kita lihat hasilnya beberapa tahun yang akan datang. Mungkin saja para ‘sampah’ dan koruptor yang sekarang ini ada merupakan hasil pendidikan yang telah dilakukan oleh para orang tua kita yang kurang ikhlas selama beberapa puluh tahun yang lampau. Karena memang inilah manusia hasil produk puluhan tahun yang lalu. Namun tetap jangan lupakan bahwa “ Barang siapa yang murtad dari agamanya maka Allah akan gantikan mereka dengan sebuah kaum …”.
Oleh karena itu keberadaan guru sangat penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Karena guru merupakan suatu pekerjaan yang luhur dan mulia, yang akan mencetak manusia dengan pendidikan dan pengajaran serta ketrampilannya.


Dengan pendidikan akan muncul manusia yang berkahlak dan tinggi dalam ruhiyahnya, dengan ilmu akan muncul manusia yang intelek dan ber wawasan luas serta cerdas dalam fikirannya dan dengan ketrampilannya, akan muncul manusia kreatif yang sehat dan energik dalam kehidupannya. Seorang guru yang professional harus “ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUTWURI HANDAYANI” . Pertama, di depan harus menjadi contoh atau ikutan bagi para siswanya, karena apabila guru tidak bisa dijadikan teladan dalam kebaikan, maka ia akan menjadi teladan dalam keburukan. Hanya dua itu pilihannya. Tidak ada pilihan lain, atau pilihan terakhir yang paling mungkin adalah guru yang antara ada dan tiada sama saja. Dia tidak memberi manfaat dengan adanya dan tidak dicari dengan tiadanya. Kedua, di tengah membangun motivasi, memberikan spirit, menggerakkan semangat. Siswa akan terus menggelora semangatnya dengan adanya guru yang terus memberikan motivasi dan membakar semangat, karena pertemuan yang sering terjadi akan selalu melihat kondisi kejenuhan atau kelemahan siswanya. Ketiga, di belakang mengikuti sambil  mengarahkan dan mengingatkan serta mengevaluasi atas kesalahan yang terjadi pada siswa. Karena dari belakang bisa terlihat lebih jelas bagaimana kekurangan, kesalahan dan ketidak harmonisan hidup seorang siswa.
Untuk merealisasikan semua itu tentunya perlu sebuah proses, dan proses pebentukan manusia yang pertama adalah pembentukan pada pribadi guru itu sendiri. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan para nabi dalam merubah dan memperbaiki manusia baik dari cara pandang, cara hidup dan cara kerja. Oleh karena itu seorang guru dituntut untuk mempunyai sifat-sifat Fathonah (pandai/cerdas), Sidik (berkata benar), Amanah (dapat dipercaya), dan Tabligh (menyampaikan).

Fungsi dan Tugas Guru
Secara umum guru memiliki fungsi dan tugas sebagai berikut  :
1.      Pendidik. Fungsi dan tugas guru yang pertama adalah sebagai pendidik, artinya seorang guru haruslah melakukan pembentukan kepribadian sebelum yang lainnya. Pendidikan sangat terkait dengan pembentukan moral atau akhlak siswa. Bagaimana kualitas manusia yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini bukanlah orang yang cerdas saja. Sudah banyak orang cerdas yang mengolah bangsa ini, terlihat dari titel dan julukan pengamat serta argumentasi yang dibangun oleh para pejabat atau ahli, namun mengapa Indonesia masih terpuruk? Jawabannya adalah akhlak manusia Indonesia yang masih jauh dari semestinya. Ungkapan bangsa timur yang sopan dan ramah hilang entah kemana sehingga menjadilah bangsa Indonesia sebagai pemenang dalam KKN sedunia.  Betapa tidak, KKN sudah berurat dan berakar dari dunia pendidikan (sudah merupakan rahasia umum bahwa tidak sedikit guru dan kepala sekolah membantu siswanya dengan berbagai cara agar lulus dalam Ujian Nasionalnya).  Artinya sejak dibangku sekolah sudah muncul KKN, di pasar, di kantor, di jalanan, dimana-mana seolah penuh dengan KKN. Para pejalan kaki melakukan korupsi di jalan dengan mengambil jalan pintas menyeberang jalan padahal ada tangga penyeberangan, di pasar dengan kecurangan menimbang dan ketidakjujuran dalam menetapkan harga, di kantor dengan laporan ABS nya, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Oleh karenannya pemerintah sudah sepatutnya menekankan dan mengarahkan sekolah dan guru pada tugas dan fungsi pendidikan bagi para siswanya. Guru menjadi garda terdepan dalam membentuk kepribadian siswa sebelum pengajaran atau pelatihan. Kecerdasan yang tidak diimbangi dengan akhlak akan memunculkan perusak masyarakat. Dengan kecerdasannya digunakannya untuk membunuh manusia atau membuat kekacauan demi mementingkan diri sendiri atau golongannya tanpa bersimpati apalagi empati pada yang lainnya. Marilah para guru melihat hal ini kemudian memikirkan jangan sampai ilmu yang kita berikan dan tularkan kepada anak didik kita bukan menjadi tabungan amal tapi malah menjadi tabungan keburukan bagi kita dikarenakan kita telah memberikan andil kesalahan pada mereka.
2.      Pengajar. Tugas dan fungsi yang kedua bagi seorang guru adalah mentransfer ilmu. Untuk hal ini, dengan perkembangan teknologi dan informasi yang ada, maka banyak metode yang bisa dilakukan untuk memudahkan penyampaian dan penyerapan ilmu oleh siswa. Disamping guru harus terus menambah wawasan dibarengi juga kreatifitas dalam penyempaian ilmu dengan metodologi dan media yang sudah sangat berkembang.
3.      Pelatih. Fungsi yang ketiga adalah pelatih, yaitu bagaimana guru bukan hanya mengajarkan akhlak dan menyampaikan ilmu namun juga bagaimana penerapannya di masyarakat  perlu selalu latihan-latihan yang dibimbing oleh guru. Tanpa adanya latihan mustahil segala sesuatu akan menjadi baik. Karena segalanya tidak ada yang bim salabim di dunia nyata ini. Perlu latihan untuk bisa menjadi betul dalam penerapan dan pelaksanaan di lapangan. Oleh karenanya seorang guru tidak menjadi lupa atau malas untuk memberikan latihan dan penerapan ilmu di masyarakat. Pelatihan yang baik adalah contoh nyata. Guru harus menjadi contoh nyata dalam penerapan ilmu dan kata-katanya di masyarakat. Dengan contoh konkrit maka siswa akan lebih yakin akan segala hal yang didapatnya.

Meningkatkan kualitas guru.
            Secara sederhana, upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru adalah memunculkan energi yang terdapat dalam diri, yaitu :
Pertama : Merubah paradigma pribadi guru. Kalau selama ini guru dilihat oleh masyarakat sebagai pekerjaan biasa, bahkan pekerjaan sampingan, harus dirubah bahwa guru merupakan pekerjaan para nabi. Guru merupakan orang yang berpengaruh besar dalam kehidupan seorang manusia. Guru merupakan sosok panutan dalam masyarakat sebagaimana pernah dipandang pula oleh para pendahulu kita bahwa pak guru merupakan orang yang digugu dan ditiru. Bukan hanya anak, orang tua sekalipun apabila ada masalah dalam masyarakat, guru merupakan rujukan pertama. Seorang guru harus yakin bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan mulia di mata Allah dan sangat besar pahala yang akan didapatnya. Karena memang guru bukan hanya mentansfer ilmu akan tetapi juga membentuk pribadi dan memberikan peta kehidupan seorang manusia. Guru harus mempunyai visi, misi dan strategi bahwa pekerjaan guru harus melebihi pekerjaan lain. Kalau perlu guru  harus menjadi pembicara dalam seminar-seminar, harus menjadi presenter dalam pelatihan-pelatihan, harus menjadi pemecah masalah dalam masyarakat dengan kedewasaan dan kewibawaannya. Untuk itu seorang guru perlu …
Kedua : Pemahaman dan penguasaan skill. Karena guru harus mengajarkan anak menjadi cerdas dalam IQ (intelligence Quotient/kecerdasan akal/Fikriyah), EQ (Emotional Quotient/kecerdasan emosi/Ruhiyah) maupun PQ (physical Quotient/kecerdasan fisik/Jasadiyah), maka iapun harus lebih dari itu. Intellegensi/Fikriyahnya harus terus diasah dan dikembangkan dengan membaca, mengikuti perkembangan informasi maupun menggali ide-ide baru dan kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan biaya yang paling murah sekalipun misalnya meminjam Koran, menonton televisi,  mendengarkan radio atau ke perpustakaan. Emosional/Ruhiyahnya harus terus dipupuk dan ditingkatkan dengan mendekatkan diri pada Allah SWT. Hal termudah dapat dilakukan dengan melaksanakan sholat tepat pada waktunya, memperbanyak amalan sunah, memperbanyak sholat malam dan melaksanakan satu amalan yang terus menerus tanpa putus walaupun sedikit, misalnya sholat dhuha atau puasa senin kamis. Karena Allahlah penentu terakhir dari semua apa yang telah kita usahakan. Pisik/jasadiyahnya juga terus dibentuk dan dikembangkan dengan senantiasa berolah raga walaupun sebentar. Memperbanyak gerak untuk berusaha mengambil apa yang telah disediakan Allah SWT. Setiap manusia sudah ditentukan Allah rezeki dan kebutuhannya, tinggal bagaimana manusia itu sendiri yang harus berusaha untuk mengambilnya. Burung saja selalu mendapat rezeki ketika berangkat pagi pulang petang. Rubah paradigma mencari rezeki/kebutuhan dengan kata mengambil rezeki/kebutuhan yang telah diesediakan Allah. Ingat satu hal bahwa kebutuhan manusia tidak akan dating dengan sendirinya, tapi harus diambil, itulah sebabnya manusia diberikan jasad untuk bergerak berusaha mengambilnya.
Ketiga : Penghargaan  dan Percaya diri.  Penghargaan terhadap guru yang selama ini berupa slogan yaitu Pahlawan tanpa Tanda Jasa, perlu terus dikembangkan oleh diri sendiri. Penghargaan yang sesungguhnya harus dimulai dari diri sendiri ketika melihatnya dari sisi Allah SWT. Karena guru sendirilah yang tahu kondisi dirinya dan menghargai apa yang ada pada dirinya. Dengan menghargai diri sendiri maka akan muncul rasa percaya diri yang tak pernah kering, asalkan tidak berlebihan karena percaya diri yang berlebihan akan memunculkan rasa sombong. Seorang guru harus yakin bahwa dirinyalah manusia terbaik dan paling dermawan serta investor paling berhasil di dunia ini. Manusia terbaik karena memang setiap manusia yang sukses menjadi pemimpin, menjadi pengusaha atau apapun namanya adalah hasil dari didikan seorang guru. Bayangkanlah bahwa tanpa guru manusia di dunia ini akan tidak ada artinya.  Seseorang bisa pandai karena guru, seseorang bisa pintar karena guru, seseorang dapat membaca, menulis, berhitung, karena guru. Gurulah manusia yang terbaik yang telah  memberikan ilmu tanpa memintanya kembali. Guru adalah investor paling berhasil  dibanding seorang investor yang paling sukses di dunia ini. Mari bayangkan. Guru memberikan ilmu kepada seseorang, kemudian seseorang tersebut melaksanakan ilmu tersebut, maka pahala akan mengalir kepada guru tadi. Murid yang telah menerima ilmu kemudian menerapkan dan menyebarkan ilmu kepada orang lain, orang lain tersebut melaksanakan dan menyebarkannya lagi, maka pahala akan didapat dari murid dan dari orang yang mendapat ilmu dari murid tadi.
Demikianlah terus menerus pahala akan terus mengalir kepadanya walaupun telah meninggal dunia. Karena ilmu merupakan bekal yang terus dibawa sampai mati. Namun perlu hati-hati pula bahwa guru juga bisa menjadi seorang yang paling bangkrut. Yaitu apabila guru menyebarkan keburukan, kemudian keburukan tersebut dilaksanakan terus menerus dan menyebar ke banyak orang, maka yang memberikan andil terbesar memberikan keburukan adalah guru. Oleh karena itu guru harus hati-hati dengan hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar